Tari Pangkur Sagu adalah sebuah tarian asli masyarakat Papua yang menceritakan tentang mata pencaharian masyarakat Papua dengan membuat sagu yang dimulai dari menebang pohon sampaimemeras air sagu, hingga sagunya siap diolah.
Dalam tarian ini masyarakat Papua sering menjadikan ritual pesta yang berupa nyanyian dan tarian, yang merupakan symbol gotong royong, kebersamaan dan rasa syukur kepada Tuhan. Selain itu tarian ini biasanya juga sering ditampilkan dalam acara pementasan upacara adat dalam penyambutan tamu agung.
Tarian ini ditarikan dalam Pentas Aksi Sosial di Jawa timur Park 2 Tahun 2018 |tepatnya pada tanggal 13 Juni 2018, oleh IKB-PMKDJ (Ikatan Keluarga Besar Pelajar Dan Mahasiswa Katolik Dekenat Jayawijaya) Se-Jawa Timur.
Proses membuat sagu adalah sebuah proses yang sudah dimengerti dari dulu oleh masyarakat Papua, dimana proses pembuatan sagu yang diolah dari batang pohon sagu yang sudah berumur. Kegiatan ini biasanya dilakukan di dekat sumber mata air, karena proses ini membutuhkan banyak air.
Prosesnya pun sangat unik. Batang sagu yang ditebang dihancurkan kemudian di campur air, diperas menjadi sagu (tumeng). Setelah proses ini selesai, sari sagu diletakan pada suatu wadah yang didesain khusus, yang terbuat dari daun sagu dan dalam pembuatannya butuh orang yang ahli dalam mengayam agar sari sagu yang masih basah tidak akan tumpah. Biasanya Tari Pangkur Sagu dilakukan sebelum dan sesudah panen tiba.
Hal ini dilakukan karena mereka percaya, tarian ini dapat menyenangkan hati Tuhan. Kepercayaan ini dilakukan secara turun menurun yang menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat Papua. Tari Pangkur Sagu gerak dasarnya didominasi oleh gerakan kaki dan tangan yang ditarikan secara berkelompok, serta dilakukan secara berulang-ulang. Selain itu tarian ini diiringi oleh nyanyian-nyanyian dengan syair pengucapan syukur yang diikuti kembali dengan teriakan-teriakan oleh penarinya. Sebuah tarian yang memiliki daya tarik magis tersendiri dan suasananya pun menjadi sakral.
Tarian ini selain sebagai tradisi budaya masyarakat Papua juga sebagai aset kekayaan seni dan budaya bangsa Indonesia yang mengandung kearifan lokal yang layak dipelajari untuk mengenalkan nilai-nilai luhur masyarakat Papua secara positif yang dapat diterapkan di dalam kehidupan berbangsa dan bertanah air dimasyarakat Indonesia. (Frengky Alua)
NayakPhotografi(Sogolfak) |
Tarian ini ditarikan dalam Pentas Aksi Sosial di Jawa timur Park 2 Tahun 2018 |tepatnya pada tanggal 13 Juni 2018, oleh IKB-PMKDJ (Ikatan Keluarga Besar Pelajar Dan Mahasiswa Katolik Dekenat Jayawijaya) Se-Jawa Timur.
Proses membuat sagu adalah sebuah proses yang sudah dimengerti dari dulu oleh masyarakat Papua, dimana proses pembuatan sagu yang diolah dari batang pohon sagu yang sudah berumur. Kegiatan ini biasanya dilakukan di dekat sumber mata air, karena proses ini membutuhkan banyak air.
Prosesnya pun sangat unik. Batang sagu yang ditebang dihancurkan kemudian di campur air, diperas menjadi sagu (tumeng). Setelah proses ini selesai, sari sagu diletakan pada suatu wadah yang didesain khusus, yang terbuat dari daun sagu dan dalam pembuatannya butuh orang yang ahli dalam mengayam agar sari sagu yang masih basah tidak akan tumpah. Biasanya Tari Pangkur Sagu dilakukan sebelum dan sesudah panen tiba.
Hal ini dilakukan karena mereka percaya, tarian ini dapat menyenangkan hati Tuhan. Kepercayaan ini dilakukan secara turun menurun yang menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat Papua. Tari Pangkur Sagu gerak dasarnya didominasi oleh gerakan kaki dan tangan yang ditarikan secara berkelompok, serta dilakukan secara berulang-ulang. Selain itu tarian ini diiringi oleh nyanyian-nyanyian dengan syair pengucapan syukur yang diikuti kembali dengan teriakan-teriakan oleh penarinya. Sebuah tarian yang memiliki daya tarik magis tersendiri dan suasananya pun menjadi sakral.
Tarian ini selain sebagai tradisi budaya masyarakat Papua juga sebagai aset kekayaan seni dan budaya bangsa Indonesia yang mengandung kearifan lokal yang layak dipelajari untuk mengenalkan nilai-nilai luhur masyarakat Papua secara positif yang dapat diterapkan di dalam kehidupan berbangsa dan bertanah air dimasyarakat Indonesia. (Frengky Alua)
0 Response to "Tari Pangkur Sagu Jatim Park 2"
Posting Komentar